Mengapa Teror Penembakan Hantui Solo. Teror penembakan kembali menyasar anggota polisi di Kota Solo, Jawa
Tengah. Terbaru, aksi penembakan terjadi di Pos Polisi Matahari di Jalan
Radjiman, Singosaren, Kamis malam 30 Agustus 2012.
Satu anggota Polsek Serengan, Bripka Dwi Data Subekti (54), tewas. Tubuhnya terkoyak pelor yang dimuntahkan oleh senjata penembak, di empat titik.
Usai insiden, Mabes Polri segera merilis ciri pelaku penembakan yang terjadi sekitar pukul 21.15 WIB itu. "Ciri-ciri dua orang pelaku penembakan berbadan kecil dan menggunakan sepeda motor Smash berwarna hitam," kata Kadivhumas Polri, Irjen Pol Anang Iskandar kepada VIVAnews.
Menurut saksi mata, dua pelaku berboncengan menggunakan sepeda motor Suzuki Smash bernomor polisi AD 2434 HB. Mereka datang dari arah Timur. Lalu berhenti di depan pos. Pembonceng kemudian mendatangi pos polisi dan menembak sebanyak tiga kali.
Usai diberondong, Bripka Dwi langsung terkapar dan bersimbah darah. Warga sempat meneriaki pelaku dan melemparnya dengan batu. Namun, upaya pengejaran gagal, karena warga ketakutan setelah pelaku melepaskan satu tembakan ke udara.
"Ketika pergi, mereka sempat mengeluarkan satu kali tembakan ke udara. Setelah itu pelaku pergi ke arah Barat, Jalan Dr Radjiman," tutur Kushendarto yang sehari-hari bekerja sebagai tukang parkir di Pasar Singosaren.
Warga tak mengenali dua pelaku itu, karena mengenakan cadar dan helm hitam. Pelaku berjaket hitam dan bercelana pendek. "Saat pelaku melepaskan satu tembakan, warga mundur. Mereka juga sempat mengacungkan pistol ke arah warga yang hendak mengejar mereka," tuturnya.
Solo waspada
Penembakan itu bukan yang pertama terjadi di Solo. Pada 17 Agustus 2012 dini hari, pos pengamanan lebaran di Gemblegan diserang penembak. Dua anggota polisi, Briptu Hendro dan Bripka Kukuh menjadi korban penembakan itu. Briptu Hendro mengalami luka di pinggul bagian kiri. Sedangkan Bripka Kukuh luka di jari kaki.
Pelaku penembakan diduga berjumlah dua orang. Menunggang motor, berboncengan. Kedua orang yang diduga sebagai pelaku itu terekam dua kamera CCTV di Inteligent Transport System milik Dinas Perhubungan Komunikasi dan Informatika Kota Solo.
Sehari berselang, Sabtu 18 Agustus 2012, pos pengamanan lebaran di Gladak dilempar granat oleh dua orang tak dikenal. Beruntung, tak ada korban dalam insiden itu. Namun, hingga kini polisi belum bisa mengungkap pelaku rentetan penyerangan ini.
Saat ini, Kepolisian Jawa Tengah, waspada. Pengamanan di sejumlah pos polisi, khususnya di Solo, diperketat. "Kewaspadaan itu perlu makanya kami memperkuat pengamanan. Semua tempat akan menjadi perhatian khusus," kata Kapolda Jateng, Irjen Pol Didiek S Triwidodo.
Meski demikian, Polda menilai belum perlu pemberlakuan Siaga I di Solo, sebab masyarakat masih tenang dan berani ke luar. "Kalau masyarakatnya kena teror dan takut keluar malam, baru siaga," kata Didiek.
Motivasi politik?
Hingga kini, polisi belum bisa mengungkap motivasi rentetan teror yang mengguncang Solo ini. "Karena pelaku belum tertangkap, kami belum bisa pastikan motifnya," kata Kabagpenum Polri, Kombes Pol Agus Rianto. Polisi juga belum bisa memastikan apakah kejadian demi kejadian itu saling terkait.
Untuk sementara, Polri menyatakan rentetan teror ini sebagai kasus kriminal murrni. Polri tidak mencium adanya aroma politik dalam kasus tersebut. "Sejauh ini kami belum melihat berkaitan dengan masalah-masalah politik. Kami harus proporsional melihat peristiwa yang ada," kata Kepala Biro Penerangan Masyarakat Mabes Polri, Brigjen Pol. Boy Rafli Amar.
Boy menegaskan, Polri tidak ingin terjebak dalam spekulasi atau pemikiran yang tidak dilandaskan pada fakta. Menurutnya, kasus di Solo adalah kejahatan yang dapat dikategorikan sebagai perbuatan teror. "Kami harus tetap berangkat dari fakta yang ada. Tapi hasil yang kami peroleh belum ada kaitan dengan politik atau Pemilukada," ujarnya.
Yang jelas, kata Boy, serangan itu telah direncanakan dengan matang oleh para pelaku. "Ini bukan kategori kejahatan biasa, ini terorganisir atau dipersiapkan, bukan konvensional. Ini sudah mengarah ke perbuatan teror," kata Boy.
Bahkan, Boy mengatakan bahwa personelnya di lapangan kini tengah menjadi incaran para pelaku teror itu. Sebab, tiga serangan di Solo semuanya mengarah kepada personel polisi. "Patut diduga ada kelompok yang ingin melakukan penganiayaan kepada petugas, menjadikan polisi sebagai target," katanya. Untuk mengusut rentetan kejadian ini, polisi menggandeng TNI dari Kodam Diponegoro.
Satu anggota Polsek Serengan, Bripka Dwi Data Subekti (54), tewas. Tubuhnya terkoyak pelor yang dimuntahkan oleh senjata penembak, di empat titik.
Usai insiden, Mabes Polri segera merilis ciri pelaku penembakan yang terjadi sekitar pukul 21.15 WIB itu. "Ciri-ciri dua orang pelaku penembakan berbadan kecil dan menggunakan sepeda motor Smash berwarna hitam," kata Kadivhumas Polri, Irjen Pol Anang Iskandar kepada VIVAnews.
Menurut saksi mata, dua pelaku berboncengan menggunakan sepeda motor Suzuki Smash bernomor polisi AD 2434 HB. Mereka datang dari arah Timur. Lalu berhenti di depan pos. Pembonceng kemudian mendatangi pos polisi dan menembak sebanyak tiga kali.
Usai diberondong, Bripka Dwi langsung terkapar dan bersimbah darah. Warga sempat meneriaki pelaku dan melemparnya dengan batu. Namun, upaya pengejaran gagal, karena warga ketakutan setelah pelaku melepaskan satu tembakan ke udara.
"Ketika pergi, mereka sempat mengeluarkan satu kali tembakan ke udara. Setelah itu pelaku pergi ke arah Barat, Jalan Dr Radjiman," tutur Kushendarto yang sehari-hari bekerja sebagai tukang parkir di Pasar Singosaren.
Warga tak mengenali dua pelaku itu, karena mengenakan cadar dan helm hitam. Pelaku berjaket hitam dan bercelana pendek. "Saat pelaku melepaskan satu tembakan, warga mundur. Mereka juga sempat mengacungkan pistol ke arah warga yang hendak mengejar mereka," tuturnya.
Solo waspada
Penembakan itu bukan yang pertama terjadi di Solo. Pada 17 Agustus 2012 dini hari, pos pengamanan lebaran di Gemblegan diserang penembak. Dua anggota polisi, Briptu Hendro dan Bripka Kukuh menjadi korban penembakan itu. Briptu Hendro mengalami luka di pinggul bagian kiri. Sedangkan Bripka Kukuh luka di jari kaki.
Pelaku penembakan diduga berjumlah dua orang. Menunggang motor, berboncengan. Kedua orang yang diduga sebagai pelaku itu terekam dua kamera CCTV di Inteligent Transport System milik Dinas Perhubungan Komunikasi dan Informatika Kota Solo.
Sehari berselang, Sabtu 18 Agustus 2012, pos pengamanan lebaran di Gladak dilempar granat oleh dua orang tak dikenal. Beruntung, tak ada korban dalam insiden itu. Namun, hingga kini polisi belum bisa mengungkap pelaku rentetan penyerangan ini.
Saat ini, Kepolisian Jawa Tengah, waspada. Pengamanan di sejumlah pos polisi, khususnya di Solo, diperketat. "Kewaspadaan itu perlu makanya kami memperkuat pengamanan. Semua tempat akan menjadi perhatian khusus," kata Kapolda Jateng, Irjen Pol Didiek S Triwidodo.
Meski demikian, Polda menilai belum perlu pemberlakuan Siaga I di Solo, sebab masyarakat masih tenang dan berani ke luar. "Kalau masyarakatnya kena teror dan takut keluar malam, baru siaga," kata Didiek.
Motivasi politik?
Hingga kini, polisi belum bisa mengungkap motivasi rentetan teror yang mengguncang Solo ini. "Karena pelaku belum tertangkap, kami belum bisa pastikan motifnya," kata Kabagpenum Polri, Kombes Pol Agus Rianto. Polisi juga belum bisa memastikan apakah kejadian demi kejadian itu saling terkait.
Untuk sementara, Polri menyatakan rentetan teror ini sebagai kasus kriminal murrni. Polri tidak mencium adanya aroma politik dalam kasus tersebut. "Sejauh ini kami belum melihat berkaitan dengan masalah-masalah politik. Kami harus proporsional melihat peristiwa yang ada," kata Kepala Biro Penerangan Masyarakat Mabes Polri, Brigjen Pol. Boy Rafli Amar.
Boy menegaskan, Polri tidak ingin terjebak dalam spekulasi atau pemikiran yang tidak dilandaskan pada fakta. Menurutnya, kasus di Solo adalah kejahatan yang dapat dikategorikan sebagai perbuatan teror. "Kami harus tetap berangkat dari fakta yang ada. Tapi hasil yang kami peroleh belum ada kaitan dengan politik atau Pemilukada," ujarnya.
Yang jelas, kata Boy, serangan itu telah direncanakan dengan matang oleh para pelaku. "Ini bukan kategori kejahatan biasa, ini terorganisir atau dipersiapkan, bukan konvensional. Ini sudah mengarah ke perbuatan teror," kata Boy.
Bahkan, Boy mengatakan bahwa personelnya di lapangan kini tengah menjadi incaran para pelaku teror itu. Sebab, tiga serangan di Solo semuanya mengarah kepada personel polisi. "Patut diduga ada kelompok yang ingin melakukan penganiayaan kepada petugas, menjadikan polisi sebagai target," katanya. Untuk mengusut rentetan kejadian ini, polisi menggandeng TNI dari Kodam Diponegoro.
Anda baru saja membaca artikel yang berkategori Informasi
dengan judul Mengapa Teror Penembakan Hantui Solo. Anda bisa bookmark halaman ini dengan URL http://krotonews.blogspot.com/2012/09/mengapa-teror-penembakan-hantui-solo.html. Terima kasih!
Ditulis oleh:
Krotonews - Saturday, September 1, 2012